Senin, 27 Januari 2014

WEDA 3


WEDA 3
(Sloka Ketuhanan, Upacara, Etika dan Filsafat)






IHDN DENPASAR



Oleh:

KADEK RUSMINI
PAH V/B
10.1.1.1.1.3899

                         


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013


1.             KETUHANAN
Sloka               :      bhaktya mam abhijanati
                               Yavan yas casmi tattvatah
                               Tato mam tattvato jnatva
                               Visate tad-anantaram
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya Aku, dan dengan mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari.
Ulasan             :      yang mengetahui, atau bhakta menjadi satu dengan Yang Tertinggi, Pribadi Sempurna, dalam pengetahuan diri dan pengalaman sendiri, jnana, kebijaksanaan tertinggi dan bhakti, pengabdian tertinggi memiliki tujuan yang sama. Untuk menjadi Brahman harus dengan mencintai-Nya, mengetahui Dia sepenuhnya dan masuk ke dalam keberadaan-Nya

2.             UPACARA
Sloka               :      yajnarthat karmano ‘nyatra
                               Loko ‘yam karma-bandhanah
                               Tad-artham karma kaunteya
                               Mukta-sangah samacara
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      dari tujuan berbuat yajna itu menyebabkan dunia ini terikat oleh hukum karma, karena itu wahai Arjuna, bekerjalah tanpa pamrih, tanpa kepentingan pribadi, wahai Kuntiputra.
Ulasan             :      karm dalam pasal ini mengandung dua pengertian. Karma yang terikat dalam arti dipengaruhi oleh keinginan-keinginan untuk mendapatkan pahala dan karma yang karena kewajiban dimana orang tidak punya pilihan  lain karena sifat yang lekat pada seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud adalah karma yang kedua sehingga kalau dilihat dari keinginan pribadi maka orang yang demikian tidak lepas dari hukum yajna (kurban). Ia harus rela berkurban demi untuk tugas itu. Semua kegiatan kerja haruslah dilakukan dalam semangat pengorbanan, demi untuk Yang Ilahi saja. Dalam hal seperti itu, kegiatan yang harus kita lakukan tak akan memiliki daya untuk membelenggu lagi.

3.             ETIKA
Sloka               :      Vrttena raksyate dharmo vidya yogena raksyate,
Mrjaya raksyate rupam kulam silena raksyate.
Prawrtti rahayu kta sadhana ning rumaksang dharma, yapwan sang hyang aji, jnana pageh ekatana sudhana ri karaksanira, kunang ikang rupa, siradin pangraksan inika, yapwan kasujanman, kasusilan sadhana ning rumaksan ika.
Sumber            :      (Sarasamuccaya 162)
Terjemahan     :      Tingkah laku yang baik merupakan alat untuk menjaga dharma, akan sastra suci, pikiran yang tetap teguh dan bulat saja merupakan upaya untuk menjunjungnya, adapun keindahan paras adalah keberhasilan pemeliharaannya, mengenai kelahiran mulia, maka budhi pekerti susila yang menegakkannya.
Ulasan             :      Untuk menjalankan Dharma (kebenaran) dapat dilakukan dengan Trikaya Parisudha atau perilaku yang disucikan, yaitu manacika (pikiran), wacika (perkataan), dan kayika (perbuatan). Ketiga hal ini sangat erat kaitanya dalam kita berprilaku, dari pikiran yang kotor akan melahirkan perkataan serta perbuatan yang tidak baik. Orang yang memiliki paras kurang jika tingkah lakunya baik orang itu akan terlihat sempurna dari dalam, dan walau jika dia lahir dengan paras yang sempurna jika tingkah lakunya tidak mencerminkan Trikaya Parisudha maka dia selalu terlihat kotor.

4.             FILSAFAT
Sloka               :      sreyan sva-dharmo vigunah
                               Para-dharmat sv-anusthitat,
                               Sva-dharme nidhanam sreyah
                               Para-dharmo bhayavahah.
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.
Ulasan             :      Setiap orang harus mencoba untuk memahami tatanan psikofisik dan fungsinya yang bersesuaian.Hal itu mungkin tidak diberikan kepada kita semua untuk meletakkan dasar dari
                               Sistem metafisika. Namun bagai-manapun juga, kita tidak memiliki pemberian seperti itu, tetapi yang penting apakah kita dibekali dengan kelima bakat itu atau hanya satu, tetapi bagaimana kita mengemban kepercayaan yang dibebankan kepada kita dengan penuh keyakinan. Yang penting, kita harus memainkan peran kita, baik besar maupun kecil; karena kebajikan manyatakan kesempurnaan dari kwalitas.   


YOGA DALAM PENGALAMAN HIDUP

YOGA DALAM PENGALAMAN HIDUP

1.             Pembahasan
Dalam kehidupan ini seorang manusia hidup di dunia pasti memiliki sebuah pengalaman yang mana pengalaman itu akan menjadi sebuah kenangan dan pembelajaran kedepan nantinya dalam menjalani kehidupan. Pengalaman itu biasanya ada dua yaitu pengalaman baik dan buruk. Dimana keduanya sama-sama memberikan kesan dan pengalaman dalam kehidupan manusia. Di sini saya akan menceritakan pengalaman hidup yang saya alami dari saya sadar dan ingat akan apa yang telah saya lakukan selama hidup ini.
Di bangku sekolah dasar kelas 6 adalah masa-masa yang paling berkesan bagi saya karena dimana saat itu saya harus belajar dengan tekun agar mampu masuk ke sekolah favorit dan jarak sekolah tidak jauh dari rumah saya. Dan masa ini juga masa yang menyedihkan karena harus meninggalkan sekolah serta berpisah dengan teman-teman di kelas. Ujian Nasionaldan Sekolah telah terlewati dan akhirnya pengumuman kelulusan pun tiba. Dengan susah payah belajar dan mengikuti les tambahan disekolah saya mampu lulus dengan nilai terbaik kedua di sekolah saya, yaitu di SD No 3 Sambangan dengan nilai 39,33. Walaupun demikian saya merasa sedih juga karena ada seorang teman saya yang tidak lulus Ujian Nasionaluntuk 5 Mata Pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKn. Perpisahanpun kini tiba, semua anak-anak kelas 6 berjabat tangan dan menyanyikan lagu perpisahan dengan guru-guru di sekolah. Saya tidak dapat memendung rasa sedih dan akhirnya menangis bersama teman-teman. Ketika semua sudah selesai kami berkumpul dan saling bertanya kemana kita akan meneruskan sekolah. Sebagian besar teman-teman saya melanjutkan ke sekolah yang sama dengan saya, sebagiannya lagi ada yang tidak sekolah dan ada yang sekolah di SMP N 1 Singaraja.
Masa pendaftaran calon siswa-siswi baru tahun 2003/2004 telah dimulai. Saya mendaftar di SMP N 4 Singaraja yang tak jauh dari rumah saya. Seminggu kemudian pengumuman penerimaan pun telah diumumkan, saya lolos dengan peringkat sepuluh besar. Seluruh siswa-siswi yang telah diterima kini akan diadakan testing penempatan kelas A1, A2, B1, B2, B3, dan B4. Setelah testing selesai dan diumumkan, saya mendapatkan kelas A1 dengan 40 orang lainnya. Tapi sebelum itu semua siswa kelas 1 akan melaksanakan MOS (masa orientasi siswa) selama 3 hari. Setelah semuanya selesai, sekarang proses belajar mengajarpun telah dimulai. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Hingga akhirnya masuk kelas 3 SMP saat dimana yang paling menegangkan, karena kan menghadapi Ujian Nasionaldan Sekolah. Setiap hari mengikuti pelajaran tambahan dan pulang sekolah lebih sore. Ujian Nasionalpun tiba, siswa dari kelas A1 di pecah dalam setiap ruang ujian ada 2 orang siswa yang mewakili paket soal Ujian NasionalA dan B. dimana diharapkan agar bisa membantu teman-temannya dalam ruang ujian tersebut. Ujian Nasionaldan Ujian Sekolahpun sudah selesai tinggal menunggu pengumuman hasil Ujian. Hasilnya pun telah datang, semua siswa kelas 3 lulus namun ada satu orang yang tidak lulus dari kelas B1. Nilai yang saya dapat dari Ujian Nasionaluntuk 3 mata pelaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah 26,60. Nilai ini cukup untuk melamar sekolah favorit kata paman saya. Dan acara perpisahanpun kini tiba, siswa-siswi ada yang menyumbang pertunjukan baik dari kelas 1 maupun kelas 2. Kami dari kelas 3 A1 mengumpulkan uang dan memberikan kenang-kenangan kepada sekolah. Semua akan berpisah lagi menuju impian sekolah masing-masing. Setelah pengumuman selesai orang tua saya berniat membelikan saya motor agar nanti saya tidak berjalan kaki lagi kesekolah. Dengan tekun dan sungguh-sungguh saya belajar membawa motor dan akhirnya bisa juga walau banyak luka di kaki dan tangan saya karena jatuh.
Saat ini benar-benar saat yang paling membingungkan, kemana saya akan melanjutkan sekolah? Banyak pilihan dan pertimbangan yang ada di dalam otak saya. Jika saya sekolah di SMA otomatis saya harus meneruskan Kuliah, dan apabila saya sekolah SMK/Kejuruan tamat nanti saya bisa langsung bekerja. Tetangga saya ada yang menjadi Kepala Sekolah SMA dan menawarkan saya sekolah disana dan akan membantu masalah beasiswa nanti, namun bapak dan ibu saya menyarankan agar sekolah kejuruan agar tamat nanti bisa langsung bekerja. Akhirnya saya mendaftar sekolah di SMK N 1 Sukasada dan mengambil jurusan Multimedia. Sewaktu mendaftar saya ditanya oleh seorang guru yang mengajar di SMIK (itu singkatan dari SMK N 1 Sukasada) kenapa sekolah disini? Ya saya jawab agar tamat bisa langsung kerja pak. Ketika pengumuman hasil dari pendaftaran di SMIK, saya tidak menyangka nama saya ada diurutan paling atas dari sekian pendaftar. Masa Orientasipun tiba, banyak kegiatan yang dilaksanakan. Hari pertama upacara bendera, perkenalan sekolah, dan pembagian group. Sore harinya diadakan LBB (latihan baris berbaris) oleh anggota TNI. Di hari kedua diadakan kegiatan pemberian materi dan perkenalan masing-masing jurusan dan sore harinya seperti kegiatan kemarin LBB. Dihari ketiga adalah hari penutupan, yang ditandai dengan api unggun dan perkenalan dengan teman-teman seangkatan. Pembelajaran di bangku SMK pun kini dimulai. Dihari senin sampai rabu saya praktek (belajar materi kejuruan jurusan Multimedia) dan kamis sampai sabtu saya belajar dikelas mata pelajaran umum yang di dapat di SMA seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Agama, Kebudayaan dan Kewirausahaan (untuk sekolah kejuruan). Menginjak kelas 2 semester 2 semua siswa diwajibkan mengikuti Praktek Industri (magang) di dunia usaha/industri, instansi pemerintah dan swasta. Saat itu saya ditempatkan di salah satu instansi pemerintah yang bergerak dibidang telekomunikasi yaitu Telkom bersama 8 orang teman saya. Diantaranya 5 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Yang perempuan ditugaskan di ruangan dan yang laki-laki ditugaskan keluar menangani masalah-masalah yang terjadi di lapangan. Di sana saya diajarkan bagaimana cara memasang telpon untuk pelanggan baru dan pemutusan jaringan untuk pelanggan yang berhenti. Serta diajarkan untuk menangani pelanggan yang komplain/bermasalah. Telkom tidak hanya menerima siswa magang dari SMIK saja tapi siswa dari SMK N 2 Seririt juga ada sekitar 5 orang perempuan. Kami disana saling membantu dan menjalin pertemanan. 4 bulanpun sudah berlalu, banyak sekali ilmu dan pengalaman yang saya dapat ketika magang di Telkom. Setelah kembali ke sekolah kami mendapat tugas untuk membuat laporan hasil praktek industri (magang) untuk memenuhi tugas akhir di kelas 2. Tak terasa saya sekarang sudah kelas 3 masa-masa terakhir di sekolah, namun saya isi dengan banyak kegiatan dengan mengikuti latihan gerak jalan 17km putri kabupaten dan 8km putri kecamatan. Karena saya tidak kuat di latihan gerak jalan putri 17km, akhirnya saya dimasukkan kedalam tim gerak jalan 8km puti untuk di kecamatan sukasada. Sayangnya dalam perlombaan gerak jalan kabupaten dan kecamatan kami tidak mendapatkan juara, namun saya tidak kecewa karena hanya dengan jalan itu saya dapat menghargai kemerdekaan Indonesia. Petengahan semester 1 diadakan jeda semester sekaligus ulang tahun sekolah yang diisi dengan rangkaian kegiatan jalan santai, lomba-lomba seperti tarik tambang, lari karung dan acara puncak ulang tahun sekolah. Kelas saya Multimedia 2 berhasil mendapat juara 1 dalam lomba tarik tambang mengalahkan kelas DKV. Dan pada acara puncak kelas kami menyumbangkan musikalisasi puisi dengan iringan gitar. Benar-benar berkesan karena itu acara ulang tahun sekolah yang terakhir bagi saya dan kawan-kawan kelas 3 karena sebentar lagi kami akan tamat sekolah. Ulangan semeterpun tiba dan libur akhir semester selama dua minggu. Semester dua pun tiba, saya mulai belajar kembali ke sekolah bersama  teman-teman. Pagi saya belajar seperti biasa dan sore hari pemantapan soal-soal Ujian Nasionaltahun sebelumnya di sekolah sampai jam 5 sore. Hari-hari yang sangat melelahkan dan membosankan, karena belajar dari pagi sampai sore hari. Namun itu adalah kewajiban sebagai siswa untuk belajar jadi saya menjalaninya dengan biasa tanpa menjadikannya beban. Ujian Nasionaltiba, selama 3 hari saya menjalani ujian nasional. Minggu depannya saya menghadapi ujian sekolah dan ujian praktek kejuruan atau keahlian khusus. Pengumuman kelulusanpun tiba, saya dan teman-teman di depan papan pengumuman dan menunggu hasil pengumuman di tempel di papan. Akhirnya pegawai TU turun dari tangga dengan membawa selembar kertas besar yang berisi pengumuman, sambil bercanda pegawai itu berkata bahwa ada yang tidak lulus Ujian Nasional. Saya dan teman-teman merasa takut, karena mungkin saja yang tidak lulus itu salah seorang dari kami. Tanpa berkata lagi pegawai TU itu langsung menempel hasil Ujian Nasional. Serentak kami melihat deretan nama dalam daftar siswa yang lulus. Salah seorang teman saya berteriak dengan histeris sambil meloncat-loncat sambil berkata “saya luluss!!”. Saya dan keempat sahabat saya yaitu Reni, Widi, Komang, dan Yogik saling berpelukan dan meloncat kegirangan. Untuk merayakan kelulusan kelas Multimedia, saya dan teman-teman mengadakan acara manggang disalah satu rumah teman. Sebagai acara perpisahan kelas 3, saya dan teman-teman menyiapkan sebuah atraksi musikalisasi yang bertemakan persahabatan di SMK. Di akhir acara saya dan teman-teman menyerahkan sebuah kenang-kenangan berupa lukisan kepada kepala sekolah SMIK. Setelah acara perpisahan selesai saya dan teman-teman jurusan Multimedia berfoto bersama sebagai kenang-kenangan, khususnya saya dan keempat sahabat saya yang akan berpisah karena kami mempunyai tujuan masing-masing.
Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, begitu juga saya dengan teman-teman. Semua teman telah memiliki rencana  masing-masing, namun saya sendiri masih bingung harus kemana? Akhirnya sahabat saya Komang mengajak saya untuk bergabung dalam bisnis kakaknya yang bergelut dalam bidang laundry. Sebulan saya bekerja, paman saya yang menjadi Dosen di Universitas Panji Sakti datang kerumah untuk menawarkan saya pekerjaan sebagai penjaga warnet. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja ditempat komang dan beralih untuk bekerja sebagai penjaga warnet di DS-15. Setelah diinterview oleh pemilik warnet, akhirnya saya diterima sebagai pegawai disana. Seiring waktu saya mulai berpikir untuk melanjutkan kuliah dengan biaya dari hasil bekerja sendiri. Saya  mulai mencari informasi terkait tempat kuliah yang sesuai dengan keadaan perekonomian keluarga namun tetap berkualitas. Akhirnya saya bertemu dengan kakak sepupu saya yang bernama Kadek Astawa, ia adalah tamatan IHDN Denpasar tahun 2009. Kakak menawarkan kepada saya untuk mendaftar di IHDN kampus Singaraja. Sayapun mendaftar disana dengan menjalani tes tulis dan psikotes. Jurusan yang saya hendak cari disana adalah pilihan I Pendidikan Agama Hindu dan pilihan II Pendidikan Bahasa Bali. Kira-kira seminggu lamanya, akhirnya diumumkanlah siapa saja yang  lulus. Saya merasa berdebar-debar melihat pengumuman tersebut, namun astungkara akhirnya saya lulus dan mendapat jurusan Pendidikan agana Hindu tepatnya dikelas PAH-B. berselang beberapa hari dilaksanakan upacara Mewinten untuk seluruh calon mahasiswa baru kampus singaraja yan diadakan dipura Melanting. Pewintenan ini dilaksanakan agar para calon mahasiswa dalam mempelajari agama lebih mudah mengerti dan memahami apa yang akan dipelajari nanti.
Sebagai calon mahasiswa yang baik, persyaratan utama harus mengikuti kegiatan wajib yang disebut dengan Masayu (Ospek). Seluruh mahasiswa IHDN Denpasar dari ke tiga kampus yang berkumpul di kampus Bangli untuk mengikuti Masayu (Ospek). Pada saat Masayu di Bangli, saya kost dengan dua rekan saya dari kampus Singaraja yang bernama Trisna (PAH) dan Mbok Ayu (PBB). Selama kegiatan dibangli dari hari Kamis sampai Minggu, saya tidak bisa mengikuti dengan baik karena sakit. Tetapi saya tetap harus mengikuti Masayu karena tidak mau mengulang tahun depannya. Untung saja ada teman-teman yang perduli dengan keadaan saya waktu itu. Kegiatan Masayu ini berlangsung selama 3 Hari, setelah penutupan minggu sore, saya dan Trisna pulang kesingaraja bersama-sama dengan bawaan barang yang lumayan banyak.
Singkat cerita perkuliahan awalpun telah dimulai, setiap hari kegiatan yang selalu saya lakukan adalah kuliah dan bekerja. Pagi ke kampus, dan sore bekerja hingga malam hari. Tugas-tugas yang diberikan Dosen selalu saya kerjakan di warnet tempat saya bekerja sembari bekerja saya membuat tugas juga. Bahkah teman-teman yang mengerti dan mau datang kewarnet untuk mengerjakan tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama, walaupun saya sambil bekerja. Ada juga teman yang meminta tolong untuk mengetikkan tugas karena dia tidak memiliki laptop/komputer untuk membuat tugas. Hari-hari saya lalui dengan penuh semangat saya harus bisa dan bertahan. Banyak pengalaman yang saya dapat waktu bekerja, dan teman-teman baru diluar kampus yang sering datang kewarnet untuk ngeprint atau internetan. Semester satu dan dua sudah saya lalui, hingga akhirnya kini tiba semester tiga. Masalah mulai timbul dalam hidup saya, jadwal yang kuliah amburadul mempengaruhi pekerjaan saya. Rekan kerja yang tidak mau diajak kerjasama, hingga saya ditegus oleh pemilik warnet. Karena saya selalu mememinta izin telat datang bekerja dan lain-lain. Dan akhirnya rekan kerja saya berhenti karena dia bekerja sebagai pegawai honor di salah satu instansi pemerintah. Kekacauan kembali terjadi, tidak ada yang menjaga warnet pada saat saya kuliah. Lowongan bekerja dibuka, dan akhirnya ada yang melamar. Namun sayang dia senasib dengan saya memiliki status mahasiswa, namun bedanya di sudah semester tinggi dan hanya tinggal menyusun skripsi. Karena kejadian kekosongan dalam penjagaan warnet selalu terjadi, akhirnya pemilik warnet meminta saya untuk berhenti bekerja dan meneruskan kuliah saja. Saya benar-benar kecewa, tetapi saya tetap iklas menerima semua ini. Akhirnya saya selesai bekerja dan kegiatan utama saat ini adalah kuliah.
Di kelas saya dipercaya teman-teman untuk menjadi bendahara kelas. Setiap bulan saya harus memungut iuran untuk pulsa korti dan lain-lain. Selama saya menjadi bendahara, saya benar-benar kecewa dengan teman-teman. Selalu telat dan acuh tak acuh akan kewajiban di kelas. Tapi saya tidak pernah merasa itu jadi beban, karena itu merupakan kewajiban saya sebagai bendahara untuk mengingatkan teman-teman akan kewajiban di kelas.
Di dalam organisasi kampus saya mengikuti dua unit kegiatan mahasiswa (UKM) Tari dan KSR-PMI. Kegiatan yang sering saya lakukan di UKM Tari yaitu acara ngyah-ngayah dipura-pura dan pentas baik di kampus ataupun diluar kampus. Pada waktu Valentine 2012, saya dan ke empat rekan se-UKM Tari memperingati hari Valentine pertama kali pentas di Radio Pesona Bali Singaraja FM, dan terakhir ngayah di Klungkung di Pura Kacang Paos di Desa Tangkas. Kemudian pada saat Mabim KSR-PMI di Bangli, saya benar-benar sangat kesal dan sedih karena dibentak-bentak dan disuruh memakan nasi cemberut. Nasi ini terdiri dari bawang putih dan merah yang masih mentah, cabe merah, wortel dan kol mentah. Rasanya ingin pulang, namun saya tidak boleh menyerah dan tetap bertahan selama Mabim KSR PMI. Dan kini saya adalah salah satu anggota KSR-PMI IHDN Denpasar.
Pengalaman yang berkesan akhir-akhir ini adalah pada saat saya praktek yoga untuk mata kuliah yoga 2. Untuk pertama kalinya saya praktek yoga di kampus, padahal dari dulu saya pengen ikut yoga tapi takut karena saya pernah sakit akibat tulang punggung saya bergeser waktu jatuh. Jadi saya mengurungkan niat itu. Demikian cerita pengalam yang saya alami sampai saat ini.

2.             Komentar
Dalam tugas yoga mengenai “Yoga dalam pengalaman hidup” dapat saya komentari bahwa setiap yang saya lakukan dalam hidup ini adalah yoga. Seperti dalam buku “Jejak-jejak Makna” dikatakan bahwa dengan bekerja manusia melakukan Yoga. Secara lebih khusus, karena melalui tangan dan kaki yang bekerja manusia sedang membuat Tuhan menjadi nyata. Jika dikaitkan ke dalam ajaran yoga dapat saya komentari yaitu:
1.    Karma Yoga mengajarkan dalam kehidupan dengan persembahan melalui kerja. Begitu pula dengan saya yang selalu bekerja membantu orang tua dan bekerja untuk menghasilkan suatu yang diinginkan. Seperti yang saya lakukan sewaktu masih menjaga warnet guna menambah uang kuliah. Disini saya sudah mengamalkan ajaran Karma Yoga dengan berkarma.
2.    Raja Yoga mengajarkan dalam kehidupan untuk mengendalikan pikiran dan indria. Selama ini saya berusaha untuk tidak pernah meminta atau membebani orang tua dengan keinginan-keinginan yang diluar dari kemampuan orang tua. Sewaktu SD-SMP sebagian teman-teman saya sudah bisa membawa motor dan bahkan mereka diantar jemput sekolah. Sedangkan saya harus berjalan sejauh 2 km dari rumah ke sekolah. Sewaktu SMP semua teman-teman sudah mempunyai HP, saya tidak pernah meminta bapak saya untuk membelikan HP. Ketika saya mendapat beasiswapun saya tidak memakai untuk hal-hal yang tidak berguna. Justru saya pakai untuk membayar SPP dan sisanya saya pakai untuk keperluan sekolah. Dari sana saya sudah mengamalkan ajaran Raja Yoga dengan mengendalikan pikiran dan indria saya.
3.    Bhakti Yoga mengajarkan untuk mensyukuri hidup, cinta kasih dan penyerahan diri pada tuhan. Dalam buku “jejak-jejak makna” dikatakan bahwa syukur adalah kendaraan ke dalam diri yang paling indah. Saya pernah merasa iri dengan teman-teman yang mampu memenuhi semua keinginan hidupnya tapi kata ibu dan salah seorang sahabat saya janganlah pernah hanya melihat orang yang ada diatas kita karena itu akan menjadikan diri kita iri dan kalah saing, tapi lihatlah orang yang ada dibawah kita yang masih jauh dari kita, maka kita akan merasa bersyukur karena setidaknya kita masih bisa hidup dan masih memiliki orang tua yang lengkap yang memberi kita kasing sayang dan cinta yang tulus.
4.    Hatha Yoga merupakan latihan Asana (senam yoga). Dalam mata kuliah yoga saya mendapat ilmu tidak hanya sekedar teori tapi prakteknya juga yang dijarkan langsung oleh dosen pengajar yoga.

Selain itu dari pengalam di atas dapat saya komentari dari ajaran Astangga Yoga yaitu:
1.    Yama dan Nyama adalah aspek kegiatan yang manusia lakukan sehari-hari. Bagian dari Yama yaitu yaitu Ahimsa, Brahmacari, Satya, Aparigraha, dan Asteya. Kemudian bagian dari Nyama yaitu Sauca, Santosa, Tapa, Swadhyaya, dan Iswarapranidhana. Dari pengalaman di atas saya sudah melakukan ajaran 1) Satya yaitu kejujuran dalam menjalankan tugas saya menjadi bendahara kelas. Uang yang saya bawa dan pergunakan selalu saya laporkan pada teman-teman setiap rapat kelas. 2) Asteya yaitu ketenangan dalam saya menentukan kemana saya akan melanjutkan sekolah dan dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada. 3) Brahmacari yaitu tetap melekat pada Tuhan dengan kuliah di IHDN serta mempelajari Agama Hindu dan mendekatkan diri pada Tuhan. 4) Tapa yaitu suatu usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan dalam pengalaman ini dapat dilihat dari usaha saya agar bisa meringankan beban orang tua biaya kuliah dengan bekerja paruh waktu menjaga warnet.
2.    Asana dan Pranayama adalah latihan fisik yaitu sikap badan/keadaan tubuh tetap mantap, tenang baik secara fisik dan mental. Dalam pengalaman ini dapat dilihat dari sewaktu saya praktek yoga di kampus bersama dosen yoga Pak Sumardana. Dan sewaktu di sekolah di ajarkan olahraga yang merupakan latihan fisik atau jasmani.



MAKNA BANTEN AJUMAN

Makna Filosofi Banten Ajuman dan Kristalisasi Sekte-sekte yang ke dalam Sekte Siva Siddhanta, dalam Banten Ajuman

Banten Ajuman yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Soda/ajuman dipakai sarana untuk memuliakan, mengagungkan Hyang Widhi dan lambang keteguhan/kokoh.
Dan disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut "perangkat atau perayun" yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masingdialasi ceper/ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisisebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain.

1.1       Unsur-unsur dalam banten Ajuman
1.  Tamas atau Taledan
2.  Buah pisang,
3.  Jajan
4. Lauk-pauk
5. Buah-buahan
6. Dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah,
7. Rerasmen yang dialasi Tri Kona,
8. Sampyan plaus/petangas/Sampian Soda
9.  Canang sari/Canang Genten

1.2       Makna Filosofi Banten Ajuman/Soda
1.2.1    Tamas atau Taledan
            Tamas atau taledan, tamas lambang cakra (symbol kekosongan yang murni/ananda). Taledan merupakan  lambang catur marga yaitu empat jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. (bhakti marga, karma marga, jnana marga, dan raja marga). Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).

1.2.2    Buah pisang, Jajan, Dan Buah-buahan
          Merupakan persembahan hasil kerja keras dan rasa syukur kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan anugrahnnya kepada kita semua.  Dan Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).

1.2.3    Dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah
        Nasi penek (nasi yang sedimikian rupa tingginya kurang lebih 5 cm), sehingga berbentuk bundar dan sedikit pipih, adalah lambang dari keteguhan atau kekokohan bhatin dalam mengagungkan Tuhan, dalam diri manusia adalah simbol Sumsuma dan Pinggala yang menyangga agar manusia tetap eksis. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, yang disebut Ajuman putih kuning.

1.2.4    Rerasmen/lauk-pauk yang dialasi Tri Kona
Yang berisi berupa serondeng atau sesaur, kacang-kacangan, ikan teri, telor, terung, timun,  daun kemangi (kecarum), garam, dan sambal. Yang merupakan simbol/makan,  dari Bhuana Agung yang diperembahkan. Dan sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum). 

1.2.5   Sampyan plaus/petangas/Sampian Sod
                       Sampyan Plaus/Petangas; dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk seperti kipas, memiliki makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia harus menyerahkan diri secara totalitas di pangkuan Hyang Widhi, dan jangan banyak mengeluh, karunia Hyang Widhi akan turun ketika BhaktaNya telah siap.  Dan dapat pula diartikan sampyan itu sebagai keteguhan hati.  http://www.scribd.com/doc/63565118/Banten
1.2.6    Canang sari/Canang Genten
         Canang sari yaitu inti dari pikiran dan niat yang suci sebagai tanda bhakti/hormat kepada Hyang Widhi ketika ada kekurangan saat sedang menuntut ilmu kerohanian (lontar Mpu Lutuk Alit). Dan Canang sari adalah suatu Upakāra /banten yang selalu menyertai atau melengkapi setiap sesajen/persembahan, segala Upakāra yang dipersiapkan belum disebut lengkap kalau tidak di lengkapi dengan canang sari. http://sanjayafamily.blogspot.com/2010/10/canang-sari.html


1.3       Kristlisasi Sekte-sekte ke dalam Sekte Siva Siddhanta dalam Banten Ajuman

                Dari makna filosofi masing-masing unsur yang ada pada banten Ajuman atau Soda, bahwa semua unsur-unsurnya bermakna pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Yang mulai dari unsur Bhuana Alit sampai Unsur Bhuana Agung, di persembahkan secara tulus iklas. Dan dari makna-makna yang terdapat itu, bahwasanya semua sekte-sekte yang ada telah luluh menyatu dengan sekte siva siddhanta. 




DAFTAR PUSTAKA

PHDI. 2001. Panca Yadnya. Denpasar: Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Khiduan Beragama


Minggu, 26 Januari 2014

SIVA SIDDHANTA I (UTS)



SIVA SIDDHANTA

Dosen Pengampu : I Ketut Pasek Gunawan, S.Pd.H


IHDN DENPASAR



Oleh:

KADEK RUSMINI
10.1.1.1.1.3899


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012


Ujian Tengah Semester
(UTS)

Soal:
  1. Jelaskan tokoh-tokoh penyebar Siva Siddhanta dari India sampai ke Bali!
  2. Jelaskan kenapa kristalisasi semua sekte di Bali dengan mengatasnamakan Siva Siddhanta!
  3. Jelaskan konsep kristalisasi yang dibuat oleh Mpu Kuturan!
  4. Jelaskan konsep penyatuan Siva Siddhanta atau sekte-sekte dalam merajan!
  5. Bagaimana anda menyikapi terhadap fenomena menyontek dalam ujian, korupsi dan teroris dalam Siva Siddhanta!
Jawaban:
1.   Sekte Siva Siddhanta dipimpin oleh Maha Rsi Agastya di daerah Madyapradesh (India Tengah) kemudian menyebar ke Indonesia dan sampai ke Bali. Pemantapam paham Siva Siddhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu Kuturan/Danghyang Nirartha. Ada beberapa tokoh orang suci yang menerima wahyu Hyang Widhi di Bali sekitar abad ke delapan sampai ke empat belas yaitu:
a.       Danghyang Markandeya
Pada abad ke-8 beliau mendapat wahyu di Gunung Di Hyang (Dieng, Jawa Timur), bahwa bangunan pelinggih di Tolangkir (Besakih) harus ditanami panca datu yang terdiri dari unsur-unsur emas, perak, tembaga, besi, dan permata mirah. Setelah menetap di Taro, Tegal Lalang-Gianyar, beliau memantapkan ajaran Siva Siddhanta kepada para pengikutnya dalam bentuk ritual : Surya Sewana, Bebali, (banten) dan Pecaruan. Karena semua ritual menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan Agama Bali.

b.      Mpu Sangkulputih
Setelah Danghyang Markandeya moksa, Mpu Sangkulputih meneruskan dan melengkapi ritual Bebali antara lain dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten dengan menambahkan unsur-unsur tetumbuhanlainnya seperti: daun sirih, daun pisang, daun janur, buah-buahan; pisang, kelapa dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak. Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang tubugan, canang raka, daksina, peras, penyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita, durmenggala, pungu-pungu, beakala, ulap ngambe, dll. Di samping itu beliau juga mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh, Prawayah, dan Kayaban. Beliau juga pelopor pembuatan acra/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan batu, kayu, atau logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi.

c.       Mpu Kuturan
Beliau datang ke Bali pada abad ke-11 dari Majapahit. Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat Hindu di Bali mengembangkan konsep Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Ring Tiga di tiap perumahan, Pura Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, an pembangunan Pura-Pura Kiduling Kreteg (Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih. Paham Trimurti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal (pangider-ider). 

d.      Mpu Manik Angkeran
Beliau adalah Brahmana dari Majapahit putra Danghyang Siddimantra. Dengan maksud agar putranya ini tidak kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali dari pengaruh luar, maka tanah genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan memakai kekuatan bathin Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut Segara Rupek.

e.       Mpu Jiwaya
Beliau menyebarkan Agama Budha Mahayana aliran Tantri terutama pada kaum bangsawan di zaman Dinasti Warmadewa (abad ke-9). Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk kepercayaan kekuatan mistik yang berkaitan dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk kesaktian senjata-senjata alat perang, topeng, barong, dan lain-lain.

f.       Danghyang Dwijendra
Datang ke Bali pada abad ke-14 dari desa Keling di Jawa, beliau adalah keturunan Brahmana Buddha tetapi beralih menjadi Brahmana Siwa, ketika Kerajaan bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong. Beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu dikembangkan paham Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa. Sadha Siwa, dan Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaan adalah Padmasari atau Padmasana

2.    Karena di Bali telah berkembang berbagai sekte, yang pada mulanya sekte-sekte tersebut hidup berdampingan secara damai. Namun lama-kelamaan justru sering terjadi persaingan. Bahkan tak jarang terjadi bentrok secara fisik. Hal ini dengan sendirinya sangat menganggu ketentraman Pulau Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, Raja lalu menugaskan kepada Senapati Kuturan untuk mengatasi kekacauan itu. Atas dasar tugas tersebut, Mpu Kuturan mengundang semua pimpinan sekte dalam suatu pertemuan yang dilakukan di Bataanyar (Samuan Tiga). Pertemuan ini membahas bagaimana menyederhanakan keagamaan di Bali, yang terdiri dari berbagai aliran. Dan mencapai kata sepakat dengan keputusan Tri Sadaka dan Kahyangan Tiga. Sekte Siva Siddhanta menjadi wadah untuk semua sekte-sekte yang ada dibali agar tidak ada persaingan serta untuk menyamakan konsep agama hindu di Bali.

3.    Kristalisasi yang dibuat oleh Mpu Kuturan yaitu Paham Tri Murti (Brahma, Wisnu, Ciwa) untuk menjadi inti keagamaan di Bali dan yang layak dianggap sebagai perwujudan atau manifestasi dari Sang Hyang Widhi Wasa. Ditetapkan bahwa semua aliran di Bali ditampung dalam satu wadah yang disebut “Ciwa Budha” sebagai persenyawaan Ciwa dan Budha. Semenjak saat itu penganut Ciwa Budha harus mendirikan tiga buah bangunan suci (pura) untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya yang masing-masing bernama:
a.    Pura Desa Bale Agung untuk memuja kemuliaan Brahma sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan)
b.      Pura Puseh untuk memuja kemuliaan Wisnu sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa
c.     Pura Dalem untuk memuja kemuliaan Bhatari Durga yaitu Saktinya Bhatara Ciwa sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa
Ketiga pura tersebut disebut Pura “Kahyangan Tiga” yang menjadi lambang persatuan umat Ciwa Budha di Bali. Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat Hindu di Bali mengembangkan konsep Tri Murti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Rong Tiga di tiap perumahan, Pura Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, dan Pembangunan Pura-pura Kiduling Kreteg (Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta padma Tiga, di Besakih. Paham Tri Murti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisihorizontal (pangider-ider).

4.      Merajan atau sanggah dalam sebuah keluarga Hindu di Bali adalah sebuah tempat suci, yang berdasarkan konsep Tri Angga, Tri Mandala, dan juga Tri Hita Karana. Merupakan sebuah tempat untuk memuja Tuhan dan juga roh leluhur. Sanggah Pamerajan berasal dari kata: Sanggah, artinya Sanggar= tempat suci; Pamerajan berasal dari Praja= keluarga. Jadi Sanggah Pamerajan artinya = tempat suci bagi suatu keluarga tertentu. Untuk singkatnya orang menyebut secara pendek : Sanggah, atau Merajan. Sanggah Pamerajan dibedakan menjadi 3 :
a.   Sanggah Pamerajan Alit (milik satu keluarga kecil)
b. Sanggah Pamerajan Dadia (milik satu soroh terdiri dari beberapa ‘purus’ atau (garis keturunan)
c.  Sanggah Pamerajan Panti (milik satu soroh terdiri dari beberapa Dadia dari lokasi Desa yang sama)
Palinggih yang terdapat di merajan rumah saya termasuk kedalam Sanggah Pamerajan Alit yang diantaranya yaitu:
a.   Dewa Surya yaitu kristalisasi dari Sekte Surya yang sering disebut sebagai Dewa Surya di keluarga saya. Makna dari palinggih ini adalah sebagai penerang dalam setiap keluarga atau rumah.
b.  Kemulan Rong Tiga yaitu Sanghyang Trimurti, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Brahma (dikanan), Wisnu (dikiri) dan Siwa (ditengah) atau disingkat dengan Bhatara Hyang Guru. Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari sekte Siwa.
c.   Taksu yaitu Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Bhatari Saraswati (sakti Brahma) penganugrah pengetahuan. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari sekte pemuja sakti yang dianggap sebagai pemberi anugerah.
d. Rong Dua/Kawitan/Leluhur adalah tempat pemujaan roh para leluhur atau disingkat dengan Bhatara Hyang Kompyang di keluarga saya.
e.   Jero Gede/Penunggun Karang adalah sebagai niyasa pemujaan Bhatara Kala yaitu “putra” Siwa yang melindungi manusia dalam melaksanakan kehidupannya di dunia. Palinggih ini merupakan kristalisasi dari sekte Gonapatya atau pemuja Dewa Ganesha yang berfungsi sebagai penghalang gangguan.

  1. Wrhaspati Tattwa menyebutkan bahwa ada dua unsur element utama yang menjadi sumber segala sesuatu yang disebut “Rwa Bhineda Tattwa” yakni terdiri dari “Cetana” dan  “Acetana”. (Pudja, 1983:7). Kedua unsur atau element yang disebut Cetana dan Acetana ini sifatnya seba gaib (suksma) yang menjadi asal mula dari segala sesuatu. Cetana adalah unsur kesadaran sedangkan Acetana adalah unsur-unsur tanpa kesadaran. Fenomena menyontek, korupsi, teroris menurut ajaran Siva Siddhanta itu dipengaruhi oleh dua unsur yang terdapat diatas yaitu Cetana dan Acetana. Dimana jika pengaruh Acetana lebih besar pengaruhnya, cenderung orang tersebut menjadi berbuat negative seperti diatas karena tidak sadar akan apa yang dilakukan dan apa akibat yang akan diterimanya nanti. Serta pengaruh lainnya juga karena pengaruh Awidya atau kegelapan yang menyelimuti indria sehinga melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Dharma atau kebenaran.