Senin, 27 Januari 2014

WEDA 3


WEDA 3
(Sloka Ketuhanan, Upacara, Etika dan Filsafat)






IHDN DENPASAR



Oleh:

KADEK RUSMINI
PAH V/B
10.1.1.1.1.3899

                         


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013


1.             KETUHANAN
Sloka               :      bhaktya mam abhijanati
                               Yavan yas casmi tattvatah
                               Tato mam tattvato jnatva
                               Visate tad-anantaram
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya Aku, dan dengan mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari.
Ulasan             :      yang mengetahui, atau bhakta menjadi satu dengan Yang Tertinggi, Pribadi Sempurna, dalam pengetahuan diri dan pengalaman sendiri, jnana, kebijaksanaan tertinggi dan bhakti, pengabdian tertinggi memiliki tujuan yang sama. Untuk menjadi Brahman harus dengan mencintai-Nya, mengetahui Dia sepenuhnya dan masuk ke dalam keberadaan-Nya

2.             UPACARA
Sloka               :      yajnarthat karmano ‘nyatra
                               Loko ‘yam karma-bandhanah
                               Tad-artham karma kaunteya
                               Mukta-sangah samacara
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      dari tujuan berbuat yajna itu menyebabkan dunia ini terikat oleh hukum karma, karena itu wahai Arjuna, bekerjalah tanpa pamrih, tanpa kepentingan pribadi, wahai Kuntiputra.
Ulasan             :      karm dalam pasal ini mengandung dua pengertian. Karma yang terikat dalam arti dipengaruhi oleh keinginan-keinginan untuk mendapatkan pahala dan karma yang karena kewajiban dimana orang tidak punya pilihan  lain karena sifat yang lekat pada seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud adalah karma yang kedua sehingga kalau dilihat dari keinginan pribadi maka orang yang demikian tidak lepas dari hukum yajna (kurban). Ia harus rela berkurban demi untuk tugas itu. Semua kegiatan kerja haruslah dilakukan dalam semangat pengorbanan, demi untuk Yang Ilahi saja. Dalam hal seperti itu, kegiatan yang harus kita lakukan tak akan memiliki daya untuk membelenggu lagi.

3.             ETIKA
Sloka               :      Vrttena raksyate dharmo vidya yogena raksyate,
Mrjaya raksyate rupam kulam silena raksyate.
Prawrtti rahayu kta sadhana ning rumaksang dharma, yapwan sang hyang aji, jnana pageh ekatana sudhana ri karaksanira, kunang ikang rupa, siradin pangraksan inika, yapwan kasujanman, kasusilan sadhana ning rumaksan ika.
Sumber            :      (Sarasamuccaya 162)
Terjemahan     :      Tingkah laku yang baik merupakan alat untuk menjaga dharma, akan sastra suci, pikiran yang tetap teguh dan bulat saja merupakan upaya untuk menjunjungnya, adapun keindahan paras adalah keberhasilan pemeliharaannya, mengenai kelahiran mulia, maka budhi pekerti susila yang menegakkannya.
Ulasan             :      Untuk menjalankan Dharma (kebenaran) dapat dilakukan dengan Trikaya Parisudha atau perilaku yang disucikan, yaitu manacika (pikiran), wacika (perkataan), dan kayika (perbuatan). Ketiga hal ini sangat erat kaitanya dalam kita berprilaku, dari pikiran yang kotor akan melahirkan perkataan serta perbuatan yang tidak baik. Orang yang memiliki paras kurang jika tingkah lakunya baik orang itu akan terlihat sempurna dari dalam, dan walau jika dia lahir dengan paras yang sempurna jika tingkah lakunya tidak mencerminkan Trikaya Parisudha maka dia selalu terlihat kotor.

4.             FILSAFAT
Sloka               :      sreyan sva-dharmo vigunah
                               Para-dharmat sv-anusthitat,
                               Sva-dharme nidhanam sreyah
                               Para-dharmo bhayavahah.
Sumber            :      Bhagawadgita
Terjemahan     :      Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.
Ulasan             :      Setiap orang harus mencoba untuk memahami tatanan psikofisik dan fungsinya yang bersesuaian.Hal itu mungkin tidak diberikan kepada kita semua untuk meletakkan dasar dari
                               Sistem metafisika. Namun bagai-manapun juga, kita tidak memiliki pemberian seperti itu, tetapi yang penting apakah kita dibekali dengan kelima bakat itu atau hanya satu, tetapi bagaimana kita mengemban kepercayaan yang dibebankan kepada kita dengan penuh keyakinan. Yang penting, kita harus memainkan peran kita, baik besar maupun kecil; karena kebajikan manyatakan kesempurnaan dari kwalitas.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar