Makna Filosofi Banten Ajuman dan
Kristalisasi Sekte-sekte yang ke dalam Sekte Siva Siddhanta, dalam Banten
Ajuman
Banten Ajuman yang
dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Soda/ajuman dipakai sarana untuk memuliakan,
mengagungkan Hyang Widhi dan lambang keteguhan/kokoh.
Dan disebut
juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi
daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun
dibuat dari nasi kuning, disebut "perangkat atau perayun" yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi
tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masingdialasi ceper/ituk-ituk,
diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisisebuah
canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain.
1.1 Unsur-unsur
dalam banten Ajuman
1.
Tamas atau Taledan
2.
Buah pisang,
3.
Jajan
4. Lauk-pauk
5. Buah-buahan
6. Dan nasi berbentuk penek (bundar)
2 buah,
7. Rerasmen yang dialasi Tri Kona,
8. Sampyan plaus/petangas/Sampian
Soda
9.
Canang sari/Canang Genten
1.2 Makna
Filosofi Banten Ajuman/Soda
1.2.1 Tamas atau
Taledan
Tamas
atau taledan, tamas lambang cakra (symbol kekosongan yang murni/ananda).
Taledan merupakan lambang catur marga
yaitu empat jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. (bhakti marga, karma
marga, jnana marga, dan raja marga). Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi
(ngajum).
1.2.2 Buah pisang, Jajan, Dan Buah-buahan
Merupakan persembahan hasil kerja
keras dan rasa syukur kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan
anugrahnnya kepada kita semua. Dan Sebagai
sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).
1.2.3 Dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah
Nasi penek
(nasi yang sedimikian rupa tingginya kurang lebih 5 cm), sehingga berbentuk
bundar dan sedikit pipih, adalah lambang dari keteguhan atau kekokohan bhatin dalam mengagungkan
Tuhan, dalam diri manusia adalah simbol Sumsuma dan Pinggala yang menyangga
agar manusia tetap eksis. Bila ditujukan kehadapan
para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari
nasi kuning, yang disebut Ajuman putih kuning.
1.2.4 Rerasmen/lauk-pauk yang dialasi Tri Kona
Yang berisi berupa serondeng atau sesaur, kacang-kacangan, ikan teri, telor, terung,
timun, daun kemangi (kecarum), garam,
dan sambal. Yang merupakan simbol/makan,
dari Bhuana Agung yang diperembahkan. Dan sebagai sarana
memuliakan Hyang Widhi (ngajum).
1.2.5 Sampyan plaus/petangas/Sampian Sod
Sampyan Plaus/Petangas;
dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk
seperti kipas, memiliki makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia
harus menyerahkan diri secara totalitas di pangkuan Hyang Widhi, dan jangan
banyak mengeluh, karunia Hyang Widhi akan turun ketika BhaktaNya telah siap. Dan dapat
pula diartikan sampyan itu sebagai keteguhan hati. http://www.scribd.com/doc/63565118/Banten
1.2.6 Canang sari/Canang Genten
Canang sari yaitu inti dari pikiran
dan niat yang suci sebagai tanda bhakti/hormat kepada Hyang Widhi ketika ada
kekurangan saat sedang menuntut ilmu kerohanian (lontar Mpu Lutuk Alit). Dan Canang
sari adalah suatu Upakāra /banten yang selalu menyertai atau melengkapi setiap
sesajen/persembahan, segala Upakāra yang dipersiapkan belum disebut lengkap
kalau tidak di lengkapi dengan canang sari. http://sanjayafamily.blogspot.com/2010/10/canang-sari.html
1.3 Kristlisasi Sekte-sekte ke dalam Sekte
Siva Siddhanta dalam Banten Ajuman
Dari makna filosofi masing-masing
unsur yang ada pada banten Ajuman atau Soda, bahwa semua unsur-unsurnya
bermakna pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Yang mulai dari unsur
Bhuana Alit sampai Unsur Bhuana Agung, di persembahkan secara tulus iklas. Dan
dari makna-makna yang terdapat itu, bahwasanya semua sekte-sekte yang ada telah
luluh menyatu dengan sekte siva siddhanta.
DAFTAR
PUSTAKA
PHDI.
2001. Panca Yadnya. Denpasar: Proyek
Peningkatan Sarana dan Prasarana Khiduan Beragama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar